Monday, November 15, 2010

sayang anak


Sayang anak.. sayang anak...
Demikian teriakan yang dulu sering kudengar ketika melewati pedagang mainan anak di Pasar Horas. Para penjual itu berusaha menggugah hati para orangtua untuk  membeli mainan untuk anak mereka,hmmm.... suatu trik yang bagus dan terkadang memang manjur. Para orangtua banyak yang menarik perhatian anak dengan memberikan mereka mainan dan juga sebagai tanda kasih sayang orangtua terhadap anaknya. Dan bagi mereka yang mampu mungkin akan memberikan lebih dari sekedar mainan.

Tapi cukupkah itu? Cukupkah materi menandakan bahwa orangtua sayang pada anaknya? Cukupkah materi membuat anak bahagia? Mungkin iya, tapi sampai kapan? Anak juga membutuhkan perhatian sebagai tanda kasih sayang dari orangtua mereka. Jangan sampai anak-anak lebih mengenal babysitter mereka daripada ibu mereka (bagi yang mampu) atau jangan sampai dunia jalanan menjadi sekolah buat anak, kejahatan menjadi tradisi yang mendarah daging. Anak butuh lebih dari sekedar materi, yang terpenting yang mereka  butuhkan adalah perhatian, kasih sayang, penghargaan atas apa yang dicapainya dan waktu yang cukup untuk saling berinteraksi.
Anak adalah aset keluarga, masyarakat dan bangsa. Anak menjadi  tumpuan keluarga kelak nantinya di saat orangtua mereka sudah menjadi tua dan tak sanggup lagi memenuhi kebutuhan hidup serta merawat diri mereka sendiri. Bangsa ini mau dibawa kemana jika generasi mudanya lebih banyak yang rusak daripada yang bermutu. Ancaman terhadap anak bagitu banyaknya. Kalau dulu di zaman revolusi  industri ancaman yang mengancam anak adalah perbudakan ataupun memperkerjakan mereka di saat seharusnya mereka menimba ilmu di bangku sekolah, di zaman perang dunia pertama dan kedua banyak anak yang direkrut menjadi tentara cilik ataupun diperalat menjadi mata-mata, menjadi budak seks, diperjual-belikan untuk eksperimen kedokteran. Masalah itu semakin kompleks dan semakin rapi terjadi saat ini. Begitu banyak  tindak kejahatan yang mengancam anak dari mulai masalah yang klasik sampai modern. Masalah klasik yang ada dari dulu sampai sekarang adalah banyaknya pekerja yang di bawah umur, mungkin kita tidak jumpai di pabrik-pabrik seperti di zaman revolusi industri dulu, tapi banyak kita jumpai di jalanan dan juga rumah-rumah. Mungkin yang nampak jelas bagi kita adalah anak bekerja di jalanan seperti menjadi pengamen, pengemis dan juga tukang semir sepatu, tapi tanpa kita sadari juga banyak anak yang menjadi pembantu rumah tangga. Mereka dipekerjakan dengan upah yang sangat minim, tanpa jaminan perlindungan kesehatan bahkan kebanyakan dari mereka mendapat perlakuan yang tidak sesuai seperti kekerasan, penghinaan, pencabulan dan bahkan pemerkosaan.
Banyak juga anak yang diperdagangkan . Balita diperdagangkan untuk menjadi anak dari mereka yang tidak memiliki keturunan (adopsi ilegal), remaja (dari segi hukum masih termasuk golongan anak) diperdagangkan (trafficking) menjadi pekerja seks atau dipaksa menikah demi materi. Dan yang lebih kejamnya lagi (saya belum melihat langsung) ada juga anak yang sengaja diperjual-belikan untuk diambil organ tubuhnya yang tentunya sangat mahal apabila dijual kepada mereka yang mengalami sakit parah yang disokong dengan materi yang berlimpah, bahkan praktek ini sudah terjadi antar benua (katanya). Mungkin karena inilah banyak terjadi penculikan anak sekarang ini. Kalau dulu anak diculik untuk mendapatkan uang tebusan, tetapi sekarang kebanyakan anak diculik tanpa kabar dari si penculik.
Hmm... sebenarnya untuk membahas tentang anak ini tak akan ada habisnya, intinya yang mau saya katakan adalah jagalah anak itu baik-baik, sayangi, perhatikan. Jadikan anak itu menjadi aset yang berharga bukan hanya untuk keluarga tetapi juga untuk masyakat, bangsa dan negara ini. Mereka adalah generasi penerus kita..

No comments:

Post a Comment